Rabu, 6 Ogos 2014

KELAZATAN IBADAH

share dari link fb ~ Bicara Hidayah


KELAZATAN IBADAH



Aktiviti seorang hampir tak pernah berhenti dalam sehari, sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Dengan kesibukan yang ada, tak terasa hari terus bergilir, jam demi jam terlewati, malam pun kembali menjelang dan tak terasa hari pun berganti. Demikian seterusnya …


Namun disayangkan, di tengah aktivitas ini yang sebenarnya bernilai ibadah bila dilakukan ikhlas karena Allah dan berharap pahala dari-Nya terkadang didapatkan adanya sikap tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah kepada Allah seperti shalat lima waktu. Sehingga dengan alasan sibuk, ibadah shalat sering ditunda penunaiannya sampai hampir keluar dari waktunya. Kalaupun dikerjakan lebih awal, dilakukan dengan penuh ketergesaan. Shalat tak lagi dirasakan kelazatannya (kelezatannya), padahal ibadah kepada Ar-Rahman itu memiliki kelazatan bagi orang yang dapat menikmatinya.



Termasuk anugerah terbesar yang Allah berikan kepada seorang hamba adalah si hamba dapat merasakan lazatnya ibadah dengan ketenangan jiwa, kebahagiaan hati, kelapangan dada dan ketentraman yang ia peroleh ketika melaksanakan ibadah dan sesudah menunaikan ibadah. Kelazatan ini berbeda-beda tingkatannya pada setiap individu sesuai dengan kuat atau lemahnya iman. Kelazatan ini dapat diperoleh bila ditempuh sebab-sebabnya dan dapat hilang bila hilang pula sebabnya.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


((وَ جُعِلََ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاَةِِِ))


“Dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.” (HR. An-Nasai, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad, 1/82)


Beliau memberikan pernyataan seperti ini karena beliau mendapatkan kelazatan dan kebahagiaan hati ketika mengerjakan shalat. Panjangnya shalat malam beliau merupakan satu bukti tentang kelazatan yang beliau peroleh tatkala bermunajat kepada Rabb-nya.


Menjelang wafat, Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu menangis. Namun ia bukan menangisi ajal yang akan menjemputnya. Dengarkanlah sebab tangisnya:


إِنَّمَا أَبْكِي عَلَى ظَمَأِ الْهَوَاجِرِ وَ قِيَامِ لَيْلِ الشِّتَاءِ وَ مُزَاحَمَةِ الْعُلَمَاءِ بِالرُّكَبِ عِنْدَ خَلْقِ الذِّكْرِ


“Aku menangis hanyalah karena aku tidak akan merasakan lagi rasa dahaga (orang yang berpuasa) ketika hari sangat panas, bangun malam untuk melaksanakan shalat di musim yang dingin dan berdekatan dengan orang-orang yang berilmu saat bersimpuh di halaqah dzikir.”


TERHALANG DARI LAZATNYA IBADAH


Di antara satu tanda yang jelas dari sekian tanda terhalangnya seseorang dari nikmatnya ibadah adalah ia merasa berat untuk melaksanakan ibadah seperti shalat, sehingga kalaupun ia shalat maka ia bangkit dalam keadaan malas seakan-akan ia digiring kepada kematian sementara ia melihat kematian itu di depan matanya. Kita lihat ketika shalat ia seperti ayam yang mematuk-matuk makanannya, begitu cepat selesainya. Seandainya orang ini merasakan lazatnya shalat niscaya ia akan bersegera mengerjakannya. Ia akan memperbaiki shalatnya dan seselesainya shalat, ia sibukkan dirinya dengan wirid-wirid dan dzikir-dzikir. 


Namun memang hati yang terpaut dengan dunia merasa berat dan sulit untuk melakukannya. Kita mohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala keselamatan dan ampunan sebagaimana kita berharap taufiq dan hidayah-Nya. Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.

_______

Shared By Bicara Hidayah

Kredit: asysyariah.com dengan suntingan

Tajuk Asal: Lezatnya Ibadah Kepada Ar-Rahman

blog saya satu lagi boleh dilawati : http://sharmine205omarshahab.blogspot.com/   
 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan