Sabtu, 4 Mei 2013

BELAJAR IKHLAS



BELAJAR IKHLAS
Bismillahirrahmanirrahim..

IKHLAS seperti yang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan. Karena itu, kita perlu belajar dan membiasakan diri menjadi mukhlis (orang yang ikhlas).

Dari segi bahasa, ikhlas itu mengandung makna memurnikan dari kotoran, membebaskan diri dari segala yang merusak niat dan tujuan kita dalam melakukan suatu amalan.

Ikhlas juga mengandung arti meniadakan segala penyakit hati, seperti syirik, riya, munafik, dan takabur dalam ibadah. Ibadah yang ikhlas adalah ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah سبحانه وتعالى.

Ungkapan “semata-mata karena Allah سبحانه وتعالى” setidaknya mengandung tiga dimensi penghambaan, yaitu niatnya benar karena Allah (shalih al-niyyat), sesuai tata caranya (shalih al-kaifiyyat), dan tujuannya untuk mencari ridha Allah سبحانه وتعالى (shalih al-ghayat), bukan karena mengharap pujian, sanjungan, apresiasi, dan balasan dari selain Allah سبحانه وتعالى.

Beribadah secara ikhlas merupakan dambaan setiap Mukmin yang saleh karena ikhlas mengantarkannya untuk benar-benar hanya menyembah atau beribadah kepada Allah سبحانه وتعالى, tidak menyekutukan atau menuhankan selain- Nya.

“Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” ( An-Nisa’ [4]: 36)

Jika ikhlas sudah menjadi karakter hati dalam beramal ibadah, niscaya keberagamaan kita menjadi lurus, benar, dan istiqamah (konsisten). (Al-Bayyinah [98]: 5). Selain kunci diterima tidaknya amal ibadah kita oleh Allah سبحانه وتعالى, ikhlas juga membuat “kinerja (sesuatu yang dicapai)” kita bermakna dan tidak sia-sia. Kinerja yang bermakna adalah kinerja yang berangkat dari hati yang ikhlas.

Menurut Imam Al-Ghazali, peringkat ikhlas itu ada TIGA.

✔ Pertama, IKHLAS AWAM yakni ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dilandasi perasaan takut kepada siksa-Nya dan masih mengharapkan pahala dari-Nya.

✔ Kedua, IKHLAS KHAWAS,ialah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dimotivasi oleh harapan agar menjadi hamba yang lebih dekat dengan-Nya dan dengan kedekatannya kelak ia mendapatkan “sesuatu” dari-Nya.

✔ Ketiga, IKHLAS KHAWAS AL-KHAWAS adalah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang tulus, kecintaan dan keinsyafan yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Dia-lah Tuhan yang wajib disembah.

Ikhlas merupakan komitmen tertinggi yang seharusnya ditambatkan oleh setiap Mukmin dalam hatinya: sebuah komitmen tulus ikhlas yang sering dinyatakan dalam doa iftitah. "(Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Tuhan semesta alam)." (Al-An’am [6]: 162)

Sifat dan perbuatan hati yang ikhlas itu merupakan perisai moral yang dapat menjauhkan diri dari godaan setan (Iblis). Menurut At-Thabari, hamba yang mukhlis adalah orang-orang Mukmin yang benar-benar tulus sepenuh hati dalam beribadah kepada Allah, sehingga hati yang murni dan benar-benar tulus itu menjadi tidak mempan dibujuk rayu dan diprovokasi setan.

Semoga Allah SWT menjadikan kita pribadi-pribadi yang ikhlas , dalam laku, amal, dan ibadah mengharap ridha dan cinta Allah semata. Aamin.
Wallahu a'lam bishawab
 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan