Selasa, 20 Januari 2015

share dari link fb ~ Foto Foto Habaib

Sayyidina Husain, radhiyallahu anhu, tak lama sebelum kematiannya, telah menasihati adik tercintanya Sayyidah Zainab, Radhi-Allahu anha, untuk tidak berkabung atas kematiannya dengan cara yang tidak benar. Dia mengatakan, "Adikku sayang! Aku bersumpah kepada mu bahwa jika aku mati, kamu tidak akan merobek pakaian mu, atau menggaruk atau mencakar tubuh / wajah mu, atau 'mengutuk orang lain' atau berdoa berharap untuk ikut mati"
(Al-Kamil, ibn al-Atsir vol. 4 hal 24)

Untuk alasan ini, bendera nama-nama sahabat dan ahlul bayt tetap berkibar di seluruh Tarim, rumah dari keturunan al-Hussaini. Tidak pernah ada waktu untuk melupakan kebaikan Abu Bakar atau Ali; Umar atau Husain; Aisha atau Fatima; Utsman atau Hasan.
Hanya keharuman, kebaikan, keindahan dan sifat-sifat mulia dan kebajikan yang terpancar dari mereka. Kita tidak mendengar 'Ali zain al abidin bin Husain, kakek dari ahlu tarim, yang ayah dan paman dibunuh di depannya, beliau tak pernah bersumpah atau mengutuk siapa saja baik di depan umum atau ketika sendiri. Baik di masjid atau rumahnya, tidak di jalan, pasar atau di Zawiyah, Kita tidak pernah mendengar bahwa ia bersumpah atau dia mengutuk, kita hanya mendengar tentang bagaimana dia menangis karena takut pada Allāh, melakukan sujud di malam hari 1.000 raka'at. 
ini adalah cara yang cerdas dan mulia. Cara yang terbaik dari umat manusia. Menolak kedzoliman tapi tetap menerima keputusan Allah dengan cara yang positif..

Habib Ahmad Masyhur Al Haddad berkata : Balas dendam bukan jalan kami, ketika kami di dzolimi kami akan membalas, bukan dengan cara balas mendzolimi, tapi membalas dengan jalan yang paling di cintai Allah, merangkul dan memaafkan mereka

Habib Umar bin Hafidz adalah juga turunan dari datuk mulianya Al Imam Ali Zainal Abidin, dan Habib Umar juga melihat dan mengalami hal yang sama, ayah beliau di tarik dan dipisahkan dari tangan beliau saat Habib Umar masih berusia 9 thn, dipanggil Allah sebagai syahid, dan habib Umar memilih cara datuknya, untuk menerima takdir Allah dan memaafkan pembunuh ayahnya, dia tahu yang terbaik bagaimana untuk memperingati hidup dan mati syahid ayahnya, dia tidak mengeluh, tapi sabar dan pasrah, Beliau tidak jatuh ke bawah, tapi tetap tegar berdiri. tidak perlu cemberut, tapi ikhlas tersenyum, Yang dibicarakan adalah tentang kehidupan sholeh mereka untuk meningkatkan cinta untuknya. mereka memperingati para syuhada setiap saat setiap hari, sama seperti mereka merayakan kelahiran kakek buyut besar mereka Rasulullah Shallallahu alaihi wa alaa aalihi wasallamsetiap hari setiap saat..
blog saya satu lagi boleh dilawati : http://sharmine205omarshahab.blogspot.com/ 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan