REHAT & RAWAT
“Ketenangan itu dari Allah dan tergesa-gesa itu dari syaitan” (HR. Turmudzi)
KEHIDUPAN kita umpama arus deras yang tidak berpenghujung. Kita sentiasa terangsang untuk bergerak dan bertindak. Umpama manusia yang dihanyutkan, kita merasakan tindakan segera dan spontan amat perlu untuk kelangsungan hidup kita. Suasana begini kadang-kadang menjadikan kita lupa diri dan hilang arah tuju.
“Masa itu umpama pedang, jika kita tidak memotongnya maka kita akan dipotongnya.”
Inilah sebahagian dari gambaran manusia berkenaan masa. Setiap masa yang kita sia-siakan itu adalah sebahagian dari kehidupan kita yang akan dipersoalkan di Akhirat nanti. Setiap detik yang kita abaikan adalah sebahagian dari umur kita yang akan menentukan nasib kita dihujung usia kita. Kita tidak semestinya sibuk sebab melihat orang lain sibuk dan kitapun tak perlu tergesa-gesa kerana melihat orang lain semuanya tergesa-gesa. Bahkan Islam menggambarkan bahawa KETERGESAAN ITU ADALAH DARI SYAITAN yang sentiasa berusaha agar kita lalai dan lupa diri.
Kita perlu melihat kehidupan dari kacamata Iman. Kita perlu memahaminya dari sumber-sumber samawi (panduan dari Allah). Jika Allah-lah yang menganugerahkan kehidupan kepada kita maka Dialah yang berhak memberi tafsiran sebenar tentang kehidupan itu; bukan masyarakat, bukan juga persekitaran yang sentiasa MENGAITKAN KEHIDUPAN KITA DENGAN KESIBUKAN.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam telah diutuskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala supaya mengajak manusia KELUAR SEBENTAR DARI KESIBUKAN DUNIA agar mereka dapat mengenal diri dan seterusnya mengenal Pencipta mereka. Sebahagian ayat-ayat al Quran yang disampaikan oleh Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam adalah ayat-ayat Manzurah (ayat-ayat yang menyuruh kita melihat, berfikir, mentafsir dan sebagainya). Dalam surah Al Ghasyiyyah, Allah menyuruh kita melihat unta, dalam surah An Naba', Allah menyuruh kita melihat pada bumi yang dihamparkan, langitnya, kejadian siang dan malamnya dan bermacam-macam lagi.
TERGESAAN TANPA KEKHUSYUKAN
SHALAT YANG MENJADI TUNGGAK UTAMA seorang mukmin juga merupakan perhentian atau persinggahan rehat untuk manusia berehat dan merawat jiwanya. Malangnya kerana kesibukan akhirnya shalat itu sendiri menjadi ibadah rutin yang kehilangan maknanya. Sedangkan shalat itu umpama sebuah MADRASAH IMANIYYAH yang mendidik kita agar kita kenal diri kita dan meletakkan diri kita sesuai dengan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala.
Seharusnya kita ada sekurangnya LIMA tempat perhentian rehat bagi perjalanan jiwa kita setiap hari. Ya, perjalanan jiwa. Jika perjalanan dari Selatan ke Utara pun ada masa untuk berhenti dan rehat, maka apatah lagi perjalanan kejiwaan kita yang sebenarnya lebih panjang dan memberi kesan besar kepada kehidupan kita. Kalau dalam perjalanan fizikal kita mungkin tersesat tetapi dalam perjalanan jiwa kita, kita lebih cenderung untuk tersesat. Bahkan sudah begitu ramai yang tersesat dan tersungkur ke lembah kehidupan yang kelam dari hidayah dan redha Allah subhanahu wa ta’ala.
SEBUAH KISAH - LELAKI ITU BELAJAR MENYUDAHI KETERGESAAN
Laki-laki itu melaksanakan shalat wajib bersebelahan dengan Rasul. Setelah ia menyelesaikan shalatnya, laki-laki itu diminta Rasul untuk shalat kembali. Lalu ia melaksanakannya. Setelah laki-laki itu menyelesaikan shalatnya, Rasul menyuruh ia shalat kembali sampai beberapa kali. dan lelaki itupun hairan dan akhirnya bertanya kepada Rasulullah. Kenapa dengan shalatku ya Rasulullah, kenapa engkau memintaku untuk mengulangi lagi, lagi dan lagi.
Tercatat dalam hadith kisah lelaki ini, bahwa ia adalah lelaki yang paling terburuk dan tergesa-gesa dalam shalat. Namun kisah lelaki ini menjadi pelajaran yang bernilai tinggi bagi orang sesudahnya. Ketergesaan dalam beribadah. Sering kita melakukan ibadah (shalat) dengan tergesa-gesa. Sungguh tidak ada yang kita dapat selain hanya gerakan yang tergesa-gesa. Cerminan ketergesaan ini tergambar pada prilaku kita yg menyukai dan lebih memilih hal yang serba instant. Tak jarang pula kita meminta kepada (Yang) Maha Pemberi melalui ibadah yang tergesa-gesa. Padahal kesempatan meminta adalah peluang besar yang diberikan oleh Allah. Tapi kita tidak berkemampuan untuk memanfaatkannya. Semuanya dilakukan dalam keadaan tergesa-gesa. Dalam hal beribadah (shalat) diperlukan ruangan hati yang cukup. Dengan kata lain kita melakukan ibadah dengan tenang, sabar dan khusyuk, bukan dalam KETERGESAAN.
KETERGESAAN BAGIAN DARI SIFAT SYAITAN ...
Sekiranya kita benar-benar menghayati shalat dan menjadikannya sebagai nadi kehidupan kita maka jiwa kita akan sentiasa kuat dan teguh di atas kebenaran, insya ALLAH.
____________
Shared By: bicara.hidayah ( .. buat diriku ..)
Bicara Hidayah - Bicara Hati ღ
Disusun dari artikel: Rehat & Rawat @ cintai-islam.blogspot.com, dan Lelaki Itu Belajar Menyudahi Ketergesaan @ melv-mysavior.blogspot.com
☆ ⋆ ☆ ⋆ ☆ ⋆ ☆
blog saya
satu lagi boleh dilawati : http://sharmine205omarshahab.blogspot.com/
Tiada ulasan:
Catat Ulasan