Rabu, 26 November 2014

KATAKANLAH "IN SYAA ALLAH", MUDAH-MUDAHAN ALLAH MEMBANTUMU MELAKSANAKANNYA

share dari link fb ~Bicara Hidayah

KATAKANLAH "IN SYAA ALLAH", MUDAH-MUDAHAN ALLAH MEMBANTUMU MELAKSANAKANNYA

Di antara sebab turunnya surat al Kahfi adalah ketika orang-orang Quraisy bertanya tiga pertanyaan titipan orang-orang Yahudi kepada Rasulullah:

Pertama, tanyakan tentang para pemuda yang pergi di masa lalu, apa yang mereka lakukan, sesungguhnya mereka mengalami peristiwa yang menakjubkan. Kedua, tanyakan padanya tentang lelaki yang sering berkelana, ia telah mengunjungi seluruh penjuru bumi. Ketiga, tanyakan padanya tentang apa itu roh.

Rasulullah pun menjawab: “Akan kujawab apa yang kamu tanyakan besok”. Namun apa yang terjadi? sampai 15 hari, jawaban tersebut tidaklah turun. Dan akhirnya turunlah surat al Kahfi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang di antara ayatnya ada sebuah teguran kepada Rasulullah untuk tidak memastikan sesuatu kecuali dengan kata "in syaa Allah":

وَلاَتَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًاإِلآ أَن يَشَآءَ اللهُ

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya kau akan mengerjakan itu besok pagi’, kecuali (dengan menyebut), ‘Insya-Allah’." (al Kahfi: 23, 24)

Ternyata kuncinya adalah ucapan in syaa Allah

√ KASUS (KES) KEDUA

Kalau kita membuka-buka kembali al Quran kita juga akan dapati sebuah kisah orang-orang Yahudi di zaman Nabi Musa, yang diperintahkan untuk menyembelih sapi betina, namun mereka ngeyel. Mereka terus bertanya-tanya model sapinya:

Kali pertama disuruh mereka bertanya

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَاهِيَ

Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?” (Al Baqarah: 68)

Setelah dijelaskan masih bertanya lagi,

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَالَوْنُهَا

"Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya”. (Al Baqarah: 69)

Setelah dijelaskan, masih bertanya lagi, namun kali ini Bani Israil itu menambahkan kalimat, “in syaa Allah” 

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَاهِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِن شَآءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ

"Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami in syaa Allah akan mendapat petunjuk." (Al Baqarah: 70)

Barulah, mereka menyembelihnya,

فَذَبَحُوهَا وَمَاكَادُوا يَفْعَلُونَ

Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu." (Al Baqarah: 71)

Ternyata, kuncinya adalah kalimat “in syaa Allah”

√ KASUS KETIGA 

Dalam hadits diriwayatkan kisah Yajuj dan Majuj, disebutkan kisah yajuj dan Majuj yang mencoba membongkar tembok yang telah dibuat oleh Dzulqarnain,

“Sesungguhnya Yajuj dan Majuj membongkarnya setiap hari, sampai ketika mereka hampir melihat cahaya matahari. Pemimpin mereka berkata, Kita pulang, kita teruskan besok. Lalu Allah mengembalikannya lebih kuat dari sebelumnya. Ketika masa mereka telah tiba dan Allah ingin mengeluarkan mereka kepada manusia, mereka menggali, ketika mereka hampir melihat cahaya matahari, pemimpin mereka berkata, Kita pulang, kita teruskan besok in syaa Allah. Mereka mengucapkan insya Allah. Mereka kembali ke tempat mereka menggali, mereka mendapatkan galian seperti kemarin. Akhirnya mereka berhasil menggali dan keluar kepada manusia." (HR Ibnu Majah dan at Tirmidzi dishahihkan oleh Al Albani dalam silsilah ash Shahihah)

Maka sekali lagi kita dapati bahwa kuncinya adalah kalimat "in syaa Allah".

√ KASUS KEEMPAT 

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 1654) dan juga oleh Bukhari (no. 672) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam beliau bersabda:

“Sulaiman bin Dawud berkata, ‘Sungguh aku akan menggilir sembilan puluh istriku pada malam ini, masing-masing akan melahirkan satu pejuang yang akan berjuang di jalan Allah.’ Lalu sahabatnya berkata, ‘Ucapkan In syaa Allah!’ tetapi beliau tidak mengucapkannya, akhirnya dia menggauli semua isterinya itu dan tidak satu orang pun dari mereka hamil kecuali satu isteri saja yang melahirkan anak dengan wujud setengah manusia. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, seandainya dia mengucapkan, ‘in syaa Allah‘ niscaya mereka semua akan (melahirkan) para pejuang yang berjuang di jalan Allah.”

Lagi, ternyata kuncinya adalah kalimat “in syaa Allah”

√ KASUS KELIMA 

Dalam Al Qur-an yang mulia disebutkan tentang pemilik kebun yang bersumpah pasti akan memetik hasil kebun mereka pada pagi hari,

إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ .وَلَا يَسْتَثْنُونَ .فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِّن رَّبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ.فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ

“Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mennguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya di pagi hari, tetapi mereka tidak menyisihkan (dengan mengucapkan, in syaa Allah). Lalu kebun itu ditimpa bencana yang datang dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.” (Al Qalam: 68)

Pada ayat “وَلَا يَسْتَثْنُونَ” dalam tafsir al-qurtubi: {اي ولم يقولوا إن شاء الله} yaitu mereka belum mengatakan "In syaa Allah". Begitu juga di tafsir Al Muyassar.

Sekali lagi, ternyata kuncinya adalah kalimat “in syaa Allah”

Maka, in syaa Allah bukanlah sekedar kalimat pemanis bibir, dengan mengucapkan in syaa Allah, kita berharap kepada Allah agar dia menetapkan janji dan rencana amal salih yang kita buat.
____
• Dari page muslimah.or.id, 
• Dari status ust. Amrullah Akadhinta
• Judul asli “In syaa Allah Bukan Sekedar Pemanis Bibir - renungan surat Al Kahfi” 
• Dengan penambahan hadits di Kasus ke 4; diambil dari buku “Anakku Sudah Tepatkah Pendidikannya?” – Musthofa Al-Adawi
• Shared By Bicara Hidayah
blog saya satu lagi boleh dilawati : http://sharmine205omarshahab.blogspot.com/  

Tiada ulasan:

Catat Ulasan