Khamis, 14 November 2013

KEBENCIAN

share dari link fb ~Islamic Articles

KEBENCIAN

“Tidaklah halal bagi seorang muslim untuk meninggalkan saudaranya lebih dari tiga malam. Keduanya juga saling bertemu, tetapi mereka tidak saling mengacuhkan satu sama lain. Yang paling baik diantara keduanya yang terlebih dahulu memberi salam”. (HR. Muslim)

Tujuh abad yang lalu seorang penyair sufi dari Balakh, Jalaludin Rumi, suatu ketika pernah berucap “tanpa cinta dunia akan beku”. Ungkapan ini kita rasakan sepanjang masa akan kebenarannya, terutama disaat matrealisme ateistik mendominasi dalam setiap gerak langkah manusia, dimana imbas dari pada itu semua kebrutalan saling benci membenci seakan menjadi santapan hari-hari.

Benci adalah lawan dari emosi cinta, ia merupakan gambaran tentang perasaan menganggap tidak baik, perasaan tidak menerima atau perasaan ketidak-sukaan serta merasa jijik. Juga perasaan ingin menjauhi objek-objek yang menimbulkan perasaan ini baik itu berupa orang, keadaan, perbuatan. Kedua hal tersebut (cinta dan benci) merupakan sesuatu yang telah dianugerahkan Allah swt pada seluruh manusia. Karena bisa jadi sesuatu yang kita benci sebetulnya baik bagi kita. Jika halnya demikian, betapa banyaknya orang yang akan menjadi korban akibat dari tidak bisa menempatkan arti cinta dan benci ini.

Allah swt berfirman :

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia sangat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah : 216)

Perasaan benci ibarat api dalam sekam, sewaktu-waktu ia akan bisa membakar, bila seorang pemimpin sudah tidak lagi menyayangi orang yang dipimpinnya berarti ia sudah menyimpan api dalam dirinya. Apabila suami sudah membenci sang istri, tetangga telah saling benci antar sesama tetangganya, pemimpin sudah tidak menyenangi hak milik rakyatnya, ataupun sebaliknya. Maka tiada lain mereka telah menyimpan api didalam dirinya.

Rasa benci yang kemudian melahirkan permusuhan diantara umat manusia itu akan terus menumbuhkan kebencian-kebencian yang baru. Para antropolog sering berguyon bahwa untuk mendamaikan manusia di bumi ini perlu mendatangkan makhluk dari planet lain hingga mereka bersatu untuk melawannya.

Keimanan mempersempit wilayah kebencian dan mencairkan permusuhan di hati orang mukmin. Seseorang tidak perlu membenci saudara seimannya hanya karena perbedaan suku bangsa, warna kulit, strata sosial, jabatan apalagi kepentingan pribadi. Kalaupun kita harus membenci, itu hanya bisa dilakukan karena Allah.

Rasulullah saw, bersabda :

“Sekuat-kuatnya ikatan iman adalah persaudaraan karena Allah, cinta karena Allah, dan membenci karena Allah”. (HR. Thabrani dan Ibnu Abbas)

Oleh karena itu persaudaraan yang hakiki adalah merupakan nikmat terbesar dalam penataan hubungan sesama muslim, hanyalah memungkinkan terjadi manakalan ia terdapat ta’lif al-qalb (pertautan hati, perasaan dan pikiran) antara satu dengan yang lainnya. Sebaliknya, adalah mustahil persaudaraan itu terkait erat, manakala hati, perasaan dan pikiran saling bertentangan. Hati yang menyatu, akan menyikapi perbedaan dengan berbaik sangka dan tasamuh (toleransi).

Rasulullah bersabda :

“Manusia akan tetap berada di dalam kebaikan selama dia tidak mempunyai rasa benci.” (HR. Thabrani)

MUMTAZ (Majelis Umum Bertafakku & Berzikir)
 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan